RSS

Pages

Secangkir Kopi Perasaan



             Namaku Oktaviana Maya .Sejak berseragam putih biru, aku mempunyai hobi minum kopi di setiap aku menginginkannya atau di saat sore hari sedang menggalau. Aku sering dipanggil Nana ataupun Bebek karena sifatku yang cerewet dan periang. Tapi dibalik semua itu aku memiliki masalah yang harus kuhadapi. Mulai dari fisikku sampai hati. And the story has begin...
            “Nanaaaa! Kita diplih sekolah untuk ikut lomba mading di SMA 8 September nanti. Jadi kita harus sudah mengerjakannya besok supaya kalaupun ada yang salah, kita masih punya waktu untuk membenahinya. Ya? Gimana?” kata Jenny cepat seperti tidak bernafas. “Ya ampun, Jen... Kamu kalau ngomong santai aja, nggak usah kayak dikejar Brimob gitu deh. Oke, bisa diatur. Wani piro?”jawabku sambil menahan tawa yang ingin kulepas begitu saja. “Terserah deh, Bek. Kamu itu cerewet sekali tahu nggak? Nggak mau mengerti perasaannya orang. Ihh..Ya udah.Trims!” jawab Jenny kesal. “Iya, iya, boss... Seperti nggak tau aku saja. Aku itu gimana. Hihi.” balasku sambil menggoda Jenny yang sambil berjalan meninggalkanku.
            Keesokan harinya, aku bersama Jenny dan teman se-timku mulai mengerjakan mading itu. Setiap pulang sekolah, kami pasti mengerjakannya. Hingga tibalah saatnya lomba itu diadakan.
            Saat kami tiba di SMA 8, aku melihat seorang kakak OSIS yang berjalan bersama Jenny. Aku tak bisa berhenti menatapnya. Baru kali ini aku menemukan pengganti Venno, teman yang aku sukai sejak awal SMP. Tidak sedikit teman maupun kakak kelas yang mendekatiku, namun tak satupun  yang mempu membuatku tertarik hingga jatuh hati. Lama kelamaan, ia semakin akrab dengan Jenny. Aku merasakan sesuatu yang menusuk hatiku. Sangat dalam dan sangat sakit.
            “Lho, Bek? Kenapa kamu? Sakit?” tanya Benny sambil merangkulku. “ngg.. Nggak kok, Ben. Cuma barusan aku nemukan seseorang pengganti Venno. Baru kali ini pula. Aku bingung kenapa aku bisa naksir sama orang itu, Ben.” jawabku. “Oh, aku pikir kenapa kamu, bek.. Eh, ngomong- ngomong siapa itu orangnya?” tanya Benny lagi. Hening sejenak...
            “Orangnya ada di depan sana sama Jenny. Kakak OSIS yang itu lho. Aku nggak tahu apa sebabnya aku suka orang seperti dia. Tapi, tolong jangan bilang siapapun ya masalah ini. Meskipun kamu itu cowok, tapi kamu itu paling bisa dipercaya dan nggak ribet deh. Tolong ya, Ben...” bisikku pada Benny. “Iya, aku janji sama kamu, bek. Ya, aku tau. Baguslah kamu sudah dapat penggantinya Venno, daripada sakit hati terus sama Venno. Ya kan? Kalau aku lihat sih, kakaknya itu baik dan belum punya pacar deh. Ambil aja tuh.” jawab Benny. “Tapi, Ben, kok kakaknya itu akrab banget sih sama Jenny? Naksir Jenny kali. Atau aku yang cemburu ya?” tanyaku pada Benny sambil sedikit tertawa menghibur diri. “Bebek, kamu itu ya, bukan sebatas suka tahu nggak? Kamu tuh udah jatuh cinta sama kakak itu. Buktinya kamu sampe lemes terus pucat. Gara- gara cemburu pastinya deh. Aku sudah mengira kamu pasti suka sama kakak OSISnya itu. Aku lihat, dari tadi kamu mandangin dia terus.” jawab Benny yang logat Kalimantannya keluar. “Iya sih, Ben. Aku sadar hal itu kok. Ayo deh, Ben. Kita masuk.” kataku sambil menarik tangan Benny masuk ke ruang lomba.
            Saat di ruang lomba, kami duduk di belakang karena mendapatkan nomer urut 5 dari 10 peserta. Kakak itu pun berdiri di depan, namun ia sesekali menoleh kearahku. Membuat aku jadi salah tingkah. Tiba- tiba ia beranjak dari tempatnya dan menuju ke arahku. Seketika itu juga ia menjulurkan tangannya di depan wajahku yang sedang menunduk. “Hai, siapa namamu?” sapanya. “Oktaviana panggil saja Nana.”jawabku singkat. “Aku Diko. Aku OSIS disini. Salam kenal ya.” katanya sambil tersenyum. Kulihat senyumnya rasanya seperti kopi yng baru kubeli dan kuminum kemarin sore. Manis banget!! “Oh, Kak Diko.” jawabku dan aku pun melihat presentasi kelompok lain, tetapi otakku tidak bisa fokus melihat kelompok lain.
            “Ya, peserta selanjutnya, nomer peserta 5 dari SMP Bina Nagari. Dipersilahkan maju...” kata MC ramah. Panggilan itu membuat aku terkejut dan sadar bahwa inilah saatku untuk maju. Kami pun mulai presentasi. Saat sesi tanya-jawab oleh juri, sebuah pertanyaan ditujukan padaku. Akupun menjawabnya, walau itu hanya berdasar kemampuanku saja. Saat kami selesai, kami mendapat standing ovation dari para juri. Kami bangga mendapatkan itu, tetapi kita tak boleh begitu saja sombong, karena belum tentu kamilah pemenangnya.
            Saat aku kembali ke tempat duduk, aku memanggil Benny. “Eh, Ben, lega deh sudah selesai. Aku deg-degan banget waktu jawab pertanyannya itu. Tapi untung aku bisa, Ben.” kataku. “Iya, bek, lega. Tapi tadi kamu jawabnya bagus banget. Aku juga sampai bingung. Kamu bisa presentasi sebagus itu. Keren, gak ada di madingnya situ kan? Baguslah, bek.” jawab Benny tersenyum lega. “Iya tuh, kamu bagus banget pas jawab itu. Aku paling suka pas sesi yang itu.” sahut Kak Diko. “Makasih, kak.” jawabku singkat.
            Tiba-tiba Benny yang ada di sisi kiriku, pindah ke sisi kananku. Kursi kosong disebelahku diisi oleh Kak Diko. Kak Diko duduk disebelahku. Mendekat padaku. Lalu merangkulku dan kami berbincang layaknya sahabat yang sudah lama kenal dan tak bertemu. Kusadari disudut kanan mataku, kulihat Jenny melihat kami dengan wajah marah juga kesal. Lomba itu pun selesai. Saat istirahat dan makan, Kak Diko yang seharusnya menjaga diluar, ia malah duduk kembali di sebelahku. Aku meninggalkannya, takut Jenny semakin marah. Ternyata benar, setelah aku dan Benny serta beberapa teman pergi, Jenny kembali mendekati Kak Diko dan berusaha untuk serba tahu dan berbicara dengan Kak Diko. Aku meninggalkan mereka dan melihat Venno tampil dengan bandnya.
            Pengumuman lomba dimulai... Rasanya dag dig dug tak karuan. MC ulai berkata,“Juara 3 diraih oleh... mading Merdeka dari SMP 1. Juara 2 diraih oleh... Mading dari SMP Bina Nagari!”. Rasanya senang tak karuan. Teman- teman menyuruhku maju ke depan. Rasanya seperti permen nano-nano, campur aduk tak karuan. Saat aku maju, Venno berdiri dan tepuk tangan. Tampak bahwa teman satu bandnya berteriak suit-suit atas kelakuan Venno, aku pun malu. Ternyata Kak Diko yang membantu membawa piala. Ia mengacungkan jempolnya padaku sambil tersenyum. Hal itu membuat aku malu 2 kali lipat. Saat aku turun dapi panggung, Venno tersenyum padaku, namun kualihkan pandanganku kepada teman- temanku.
            Kami pun pulang dengan gembira. Saat di jalan, aku di cegat oleh Kak Diko dan seorang gurunya. “Ada apa ya, bu?”tanyaku kepada guru itu. “Kamu masih ingat saya yang tadi jadi jurimu itu kan? Nah, saya disini ingin mengundang kamu ke acara beasiswa SMA 8 dan pesertanya hanya 5 orang. Besok kamu bisa datang? Saya berharap kamu bisa masuk di sekolah ini.” jawab ibu guru itu. “Hah? Beasiswa, bu? Kenapa saya,bu? Jujur saya juga ingin masuk sekolah ini setelah melihat keadaan sekolah ni. Namun, saya sudah mendaftar dan diterima di SMA Bina Nagari. Semua sudah terlanjur. Maaf sekali, bu...” jawabku dengan sedikit menyesal. “Hei, Na. Tolong kamu masuk disini. Maksud dari beasiswa ini ke kamu ini karena kami suka dengan kamu saat presentasi tadi. Kamu anak yang berbakat. Tolonglah,Na.. Jangan disia-siakan.” jawab Diko memohon kepadaku. “Baiklah, saya pikiran terlebih dahulu. Bu, Kak Diko, saya pamit dulu ya.” jawabku singkat.
            Aku bingung juga dengan kata yang lebih tren yaitu “galau”. Apakah aku harus mengikuti program beasiswa itu? Ataukah harus ke SMA Bina Nagari? Entahlah, kupikirkan saja nanti. Kuhibur diriku dengan menyetel i-pod shuffle kesayanganku, mengenang apa yang terjadi tadi siang, dan membuat secangkir kopi yang terasa manis juga pahit. Juga seperti perasaanku. Manis saat berkenalan dan melihat senyum Kak Diko, pahit saat kulihat Venno baru tersenyum saat aku menang dan tak dari dulu senyum itu mengembang.
            Kudengar lagu yang kusetel acak ini, seakan bernyanyi untukku. Mengerti betapa pahit juga manis perasaanku ini. Lagu milik Princess-Kekasihku yang awalnya aku tak seberapa suka. Namun, kini kuputar berkali-kali
             Kuhayati kata demi kata lagu ini. Sakit karena Venno, senyum karena Kak Diko. Biarkanlah hal ini berlalu dengan hidupku ini... Berlalu dengan hujan di malam hari ini... Tiba- tiba air mataku mengalir begitu saja tanpa seizin dariku. Mamaku masuk ke kamarku dan bertanya dengan lembut, “Ada apa sayang?”. Aku tak menjawab, hanya isak tangisku yang terdengar. Ia menempelkan kepalaku ke pangkuannya dan mengelus kepalaku dengan lembut. “Sayang, apapun masalahmu, mama akan slalu disini untukmu. Mama tahu, mungkin kamu lagi sakit hath karena Venno? Nggak apa, nggak usah dijawab. Mama ngerti perasaan kamu sekarang.” Kata- kata itu, menenangkan hatiku. Dalam hatiku, aku hanya ingin berkata padanya singkat saja. Mama, jangan pergi, aku masih sayang mama, masih butuh mama sebagai penenangku. Love you, mom. Seketika aku tertidur lelap di pangkuan ibuku.
            Keesokan harinya, aku memutuskan untuk tidak datang ke acara itu dan memutuskan untuk tetap di SMA Bina Nagari, karena aku baru mengingat kalau Venno tidak melanjutkan ke Bina Nagari, melainkan ke Singapura. Jadi aku bisa bebas dari keduanya. Jika aku tidak untuk Kak Diko, maka tidaklah juga untuk Venno. Aku tidak akan untuk keduanya. Walau sebenarnya aku masih cinta dengan Kak Diko, tapi aku lebih memilih tidak daripada ujungnya hanya sakit hati lagi.
            Bulan April, bulan itu aku padat akan ujian. Mulai dari ujian praktek, ujian sekolah, sampai Ujian Nasional. Akhirnya saat pengumuman kelulusan, aku luls dengan nilai yang baik.
            Lalu, saat- saat di SMA kumanfaatkan untuk melupakan mereka berdua dengan mengikuti berbagai macam kegiatan, seperti OSIS, PMR, Jurnalistik, ikut instumen sekolah, dll. Aku juga mengikuti lomba- lomba. 3 tahun berlalu. Aku sudah lupa siapa nama orang yang dulu pernah aku sukai. Sama sekali lupa. Tak ingat secuil pun kenangan. Rasanya aku sudah lupa ingatan alias amnesia tentang semua itu.
            Suatu hari, aku akan pergi ke suatu cafe yang juga merupakan toko buku untuk bersantai sejenak setelah ributnya acara ulang tahun sekolahku. Aku berencana mencari buku baru agar bisa kubaca rumah dan memanfaatkan wifi yang ada disana. Saat aku hendak memesan cappucino tanpa campuran apapun di dalamnya, aku melihat seseorang yang postur tubuhnya familiar menurutku. Namun, kuhiraukan hal itu, entahlah siapa dia. Aku tak tahu. Setelah memesan kopi, aku meninggalkan counter tempat memesan kopi dan beranjak untuk mencari buku- buku baru atau yang termasuk Best seller. Namun kurasakan ada seseorang yang sedang membuntutiku, tapi tak kulihat seorangpun di sekitarku. Mungkin hanya perasaanku saja yang terlalu sensitif. Tapi, berulang-ulang seperti itu dan tentu saja membuatku kesal. Akupun kembali ke sofa di depan counter kopi, tapi tiba- tiba ada sepasang tangan yang menyentuh bahuku. Akupun bersiap memukulkan buku yang kubawa ke wajah orang itu. Akhirnya...
            “WHOA!!” akupun menjerit terkejut. “Si-Siapa kamu? Kita kenal?”lanjutku. “Iyalah... masa sih kamu nggak ingat sama aku?” jawab anak itu dengan senyum yang lebar dan menghanyutkanku. “Haa? Kenal? Aku nggak pernah punya temen wajahnya sperti kamu deh.” jawabku singkat. “Lho, nggak usah bercandalah... Masa sih nggak ingat sama aku?” tanyanya lagi padaku. “Iya, sumpah deh. Aku nggak tau. Nggak usah sok kenal deh. Lebih baik kenalan deh kalo nggak kenal.” jawabku sedikit emosi. “Ya udah kalau itu mau kamu. Kamu lagi nyari buku itu? Itu bagus kok ceritanya, aku sudah selesai baca itu.” jawabnya kalem. “Nggak juga sih, maunya nyari novel yang ada hubungannya sama musik gitu.” Akupun mulai melembek sehingga kujawab pelan- pelan. “Sini ikut aku... Kalau itu sih ini bukunya. Kisahnya romance banget dan bagus deh pokoknya.” jelasnya padaku. “Mm.. Ya sudah. Makasih. Boleh minta alamat twitter nya nggak? Buat nanti ngasih tau aku suka sama bukunya atau nggak.”pintaku. “Oke. @knight.”jawabya singkat. “Ayo duduk dulu. Ngobrol dulu yuk.”pintaku lagi. “Nggak deh, aku mau pulang. Masih ada tugas kuliah di rumah. Kalo gitu, aku pamit pulang ya.” jawabnya lalu pergi.
            Aku mulai menikmati kopi yang kuminum sambil kumainkan jari- jariku di laptop kesayanganku. Aku merasakan cappucino ini seperti yang ada di Starbucks Coffee yang biasanya kupesan penuh dengan berbagai campuran caramel atau sirop kopi. Lalu, aku mencoba bertanya pada sang penjaga, “Mbak, ini kopinya kok spertinya banyak campurannya ya? Pakai campuran apa ini? Kan tadi saya bilang cappucino biasa tanpa campuran.”. Lalu, dengan wajah cemas, sang bartender pun menjawab, “Maaf, mbak. Tadi saya beri campuran 3 tetes caramel dan sesendok sirup kopi. Tadi saya disuruh masnya yang tadi itu untuk masukkan itu semua. Saya dipaksa tadi. Oh ya, dik, ini ada pudding coklat buat adik.”. “Wah? Pudding coklat? Bentuk hati pula. Mm, ya sudah deh. Nggak apa-apa mbak. Makasih buat puddingnya.” jawabku sambil kembali ke tempat duduk penuh dengan berbagai pertanyaan. Lalu, setelah semuanya selesai, akupun pulang ke rumah.
            Di rumah, kubuka segel buku itu dan kubaca isinya. Ternyata aku suka isinya. Kubuka twitter dan menuju ke @knight. “Makasih buat saran bukunya ya @knight”. Dia menjawab mentionku dan akhirnya kami saling kirim SMS. Akupun beru mengingat kalau ia adalah Kak Diko yang dulu sempat aku cintai. Memoriku mulai waras.
            Hari demi hari, kami tak pernah melewatkan 1 haripun tidak saling menyapa, entah lewat twitter ataupun SMS. Tiap malam minggu, kami selalu pergi kemana saja kami mau. Sampai pada bulan yang ketiga tepat sejak tanggal itu, Ia mengajakku minum kopi di sebuah kedai kecil. Tampak sebuah krem yang berbentuk hati menghiasi kopiku. Ia pun menyatakan cinta sambil menyodorkan secangkir kopi itu. Dia menyebutnya dengan My Coffee feelings. Tepat saat itu, 3 tahun sudah kami resmi menjalin cinta dan sampai kini kami tetap menjalin cinta yang belum pernah menghadapi persoalan-persoalan. Terima kasih cinta ♥

“Cinta sejati itu nggak akan lari kemana..”
#CintaItuSederhana
AKU + KAMU = SEMPURNA

Lulu's Life Adventure



Namaku Christina Luna, aku sering dipanggil Christina, kadang pula aku dipanggil Lulu oleh sahabat- sahabatku. Aku adalah seorang siswa kelas IX di suatu SMP swasta yang ternama di Kota Malang. Aku bangga bisa bersekolah disana, bisa memiliki guru- guru yang hebat, teman- teman yang baik hati, sahabat- sahabat yang perhatian serta karyawan sekolah yang sangat ramah padaku. Selain di sekolah, aku juga punya teman- teman gereja yang baik hati padaku. Aku sangat bangga hidup sebagai diriku sendiri, tanpa perlu meniru gaya orang lain. Tanpa meniru, aku semakin mendapat banyak teman.
          Saat aku kelas VIII, seringkali aku dimarahi oleh kedua orang tuaku karena sikap kasarku akhir- akhir itu. Aku menyadari bahwa emosiku memang sedang labil. Labil menghadapi suatu permasalahan baru bagiku, yaitu jatuh cinta pertama kali. Awalnya aku tidak mengerti perasaan- perasaan itu. Perasaan yang aneh tiap kali bertemu dengan seorang kakak kelasku yang juga teman lamaku yang bernama Rey. Perasaan malu, pandanganku padanya, deg- degan tiap kali bertemu serta badanku rasanya panas saat bertemu dengannya. Sungguh aneh. Teman- temanku bilang kalau itu adalah yang namanya jatuh cinta. Apa? Jatuh cinta? Aku nggak percaya. Ku bertanya pada teman lain dan jawabannya selalu sama. Akhirnya akupun tahu bahwa aku sedang suka pada Rey.
          Tiap hari aku mencoba untuk enjoy, menikmati kehidupan ini dengan kebebasan sebagai seorang remaja. Namun, mengapa selalu saja kebebasanku itu hilang begitu saja saat ada dia? Emosi marahku selalu terjun bebas keluar saat aku memikirkannya. Ada apa ini? Mengapa seperti ini? Miris dengan hidupku sendiri. Aku rasanya ingin sekali mati untuk meninggalkan masalah hidup ini. Benar- benar sudah nggak mampu lagi menahan rasa itu, suka bercampur lara. Untunglah aku masih punya sahabat- sahabat yang menguatkanku dengan pengalaman mereka. Sudah 5 bulan aku terus seperti ini. Labil, arah hidupku benar- benar tidak jelas. Nilaiku di sekolahpun menurun hanya gara- gara masalah ini. Aku tak tahu kalau ia sudah punya pacar yang sudah setahun. Astaga Tuhan, ini dilema.
          Sampai suatu saat aku menemukan sahabat sejatiku, ia bernama Regine. Ia memang beda 1 tahun diatasku tapi ia memiliki nasib yang juga sama denganku. Bahkan pergulatan hidupnya lebih parah daripada diriku yang belum ada apa- apanya dengan dia. Ia harus putus dengan pacarnya yang sudah 1,5 tahun berjalan bersama dan mereka selalu kemana- mana bersama. Kenangan yang sungguh membekas membuat sakit asma pada Regine semakin parah. Aku berusaha menguatkannya, namun selalu malah membuatnya menangis. Aku hanya bisa mendoakannya dan mengajaknya selalu tertawa.
          Pada akhirnya, ia yang menguatkanku, juga sahabat- sahabatku yang lain yang alhasil membuatku kembali bangkit dan mencoba melawan rasa cinta itu dengan mengikuti berbagi macam kegiatan sekolah, kegiatan lomba, dll. Lagipula tak ada salahnya aku melupakan dia karena ia akan pindah ke SMA juga dengan demikian, prestasi akademis maupun non-akademisku semakin meningkat. Mulai saat itulah aku baru bisa mulai enjoy lagi dengan kehidupan ini. Aku mengganggap semua orang yang ad di sekitarku adalah temanku. Tak perlu membedakan laki-laki atau perempuan, mereka semua adalah temanku.
          Aku memang mempunyai paham seperti itu, aku ternyata harus bisa membedakan mana anak yang baik dan bukan. Aku mendapat perrmasalahan dengan seorang cowok troublemaker kelasku. Astaga, hanya masalah sepele dibesar-besarkan sperti masalah yang sangat fatal. Ia membesar-besarkan masalah bagaikan seorang ibu-ibu PKK. Sungguh, aku malu punya teman seperti itu. Sungguh aku sangat terkejut kalau ternyata salah seorang sahabat cewekku membunuhku dari belakang dengan memihak ke anak tersebut dan ikut menjelek-jelekkanku. Sakit rasanya dikhianati seperti itu. Ingin menangis rasanya kalau tahu sahabatku seperti itu. My heart is looking happy outside but it's screaming inside…
          Akhirnya, sahabatku itu merasa bersalah dan ia meminta maaf padaku dan sampai kini ia justru menjadi salah satu sahabat terbaikku. Aku belajar dari Tuhan bahwa harus mengampuni sesama. Semua itu benar dan tak ada salahnya memaafkan kalau hubungan masih bisa berlanjut lebih baik. Kalau tidak bisa, ya biarkan saja semua itu mengalir.
          Pada 3 bulan terakhir sebelum ia menghadapi UN, ia selalu tersenyum padaku saat bertemu denganku atau kadang ia senyum dangan mendapat bisikan dari teman- temannya dan itu selalu menghadap padaku dan membuatku jadi risih. Ada apa sih dengan diriku? Selama hampir 2 bulan, aku terus diledek seperti itu. Namun, dengan begitu membuat harapanku suka padanya kembali bangkit. Akhirnya, selalu saja jadi korban PHP alias korban Pemberi Harapan Palsu, ya seperti itulah istilahnya sekarang. Akupun mulai meninggalkan perasaan itu dan mulai melupakannya. Seringkali aku juga bercerita pada Regine walau hanya lewat telepon. Ia juga bercerita kalau ia sudah mendapat pengganti yaitu seorang anak di tempat lesku yang bernama Herry. Regine terus mencoba mendekati dan mencari tahu tentang Herry. Akhirnya Herry pun tahu tentang hal ini dan juga mulai  mendekati Regine. Sampai suatu saat mereka pergi ke bioskop berdua juga dengan Adik Herry dan teman Regine.
          Pada awal kelas IX, aku merasa senang karena sudah tidak ada lagi yang mengganggu diriku. Namun, masih saja perasaan galau itu datang. Susah sekali melupakan dia sepenuhnya. Kucoba dengan banyak kegiatan, 70% berhasil, kucoba menikmati hidupku sendiri, hanya 5% yang terbuang. Solusi akhirnya adalah aku mencoba berpaling ke lain hati dan itu berhasil. Aku mencoba berpaling hati ke seorang temanku yang bernama John, yahh tak apalah meskipun wajah tak setampan Rey, yang penting aku sudah dapat pengganti sementara, masalah nanti bisa diatur lagi. Lagipula aku masih belum ingin pacaran, hanya sebatas suka saja kok.
          John... John... dan John... selalu saja membuatku ingin semakin mendalami dirinya. Sifat baiknya, usil sampai perhatian, semua ada padanya. Sungguh sifat- sifatnya yang membuatku suka padanya. Namun, mengapa saat aku mendekat padanya, rasanya semakin jauh jarakku dengannya? Yahh, inilah hidup, inilah cinta. Harus sabar, tidak perlu dipaksa. Semua akan bergulir dengan sendirinya. Saat itu aku mulai belajar bagaimana hidup itu harus dijalani, emosiku pun mulai stabil. Aku pun sudah kembali “normal” seperti dulu lagi.
          Sungguh tak dapat dipercaya, Herry yang kutahu ternyata lumayan juga. Karena selama ini aku hanya tahu Herry dari foto dan belum pernah melihatnya di tempat les musikku secara nyata. Baru kali itu saat ada konser musik dari tempat lesku, aku kaget saat mamaku memanggil Herry. Wow. Tak hentinya aku melihatnya bermain bass di panggung maupun saat les walau beda kelas. Aku terpesona saat ia bermain bass, gayanya juga. Tiap minggu aku melihatnya. Rupanya aku suka dia. Oh Tuhan... Aku terjerat cinta dengan dia, dia yang juga sedang disukai Regine, sahabatku sendiri. Dilema menerjangku lagi.
          Suatu hari, saat ku membuka akun twitterku, aku mendapati Herry mem-follow akun twitterku itu dan memintaku untuk mem follow back nya. Astaga, Tuhan mengirimkannya untukku. Rasanya senang tak karuan melihat hal itu. Aku tertawa sendiri saa menyadari hal itu bisa terjadi. Bersyukur aku bisa mengenalinya dan ia pun mengenalku. Mengenalnya itu sudah membuatku sangat senang. Seminggu setelah itu, aku menjawab statusnya di twitter dan ia pun membalas balasanku itu sampai jadilah suatu percakapan di twitter yang sangat panjang. Regine pun mulai ikut dalam pembicaraan itu tapi ia menjodohkanku dengan Herry. Astagaaa... Mengapa jadi seperti ini. Aku melihat status Regine di BBM (BlackBerry Messenger) yang membuatku menjadi kaget karena dari kata- katanya seperti menyangkutkanku. Statusnya yaitu, “Km temen apa bukan sih? Ga peduli aku yg patah hati sedangkan km malah seneng- seneng sama dia.” Ya Tuhan. Benar. Ini Dilema. Dilema antara aku dan Regine. Aku nggak tau harus bersikap bagaimana. Galau lagi, galau lagi. Hahh…
          Akhirnya, aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya pada Regine.

“ Sayangkuu, kamu masih suka sama Herry ya? Hehehe”
“ Nggak kok, Lulu sayaaangg.. Herry kan cuman buat kamu :)”
“ Lho, nggak say, ini aku serius, kamu masih suka sama Herry ya?”
“ Nggak yankk, Herry itu suka sama kamu loo.”
“tolong kamu jujur ke aku, kalopun km masih suka jg gpp kok :) km sm herry kan cocok”
“ jangan gitu.. kayaknya herry ya seneng kamu kok luu.. ”
“ lho aku gak mau cuma gara-gara ini hubungan kita putus. Lagipula aku sama herry gak ada apa- apanya kok :) ”
“ Lhoo ndakpapa lah.. klo dia jodohmu, trs kita mau apa? :) santai , aku ya brusaha ngrelain!”
“ Aku gak ada perasaan apa-apa sama dia, sayaangg :* jangan gitu dong yangg..”
          Lama.. tak dibalas... Akhirnya aku merasa bersalah dengan diriku sendiri juga Regine. Mengapa aku suka pada Herry? Aku ingin keluar dari kenyataan ini, tapi aku sudah terlanjur jatuh terlalu dalam. Aku tak bisa memungkiri hal ini. Aku hanya mengunggu balasan dari Regine. Nah, akhirnya ia kembali menjawabku. Lega saja dia mau menjawabku. Padahal aku tidak tahu apa balasannya.

“ jangan jangan jangan! Aku gak mau km membohongi perasaanmu :( “
“ nggak yangg, aku jujur gak ada apa2 nya. lagipula herry kan ya suka kamu, udahlah dibuat enjoy aja :) “
“ Jangann :( aku ga mau lhoo, gara2 aku, trus kamu mbohongi perasaanmu.. Herry lho suka kamu, luu”
“Aku gak tau soal itu, gine :( dibuat santai aja yaa..”
“ aku gpp kok.. jgn ngrasa sungkan sama akuu :)”
“ nggak kok :) santai aja :) “
          Tak ada jawaban lagi, yang penting aku sudah tahu bahwa sebenarnya ia masih suka dengan Herry. Lalu aku pun melanjutkan percakapan dengan Herry lagi. Aku juga lega kalau ternyata Regine juga mendukungku dengan Herry.
          Seminggu berlalu, tiba-tiba saja Herry tak pernah memanggilku lagi di media sosial seperti twitter maupun di BBM. Aku mulai kangen dengan percakapan itu. Ingin memulai, tapi tak pantas buatku untuk memulai terlebih dahulu. Akhirnya aku menjawab beberapa tweets nya dan semua menjadi sangat lucu. Aku dengannya tanpa disadari saling bermain modus. Hal itu baru disadari setelah beberapa lama balas membalas. Aku pun sadar bahwa ia perhatian bukan hanya untukku, tapi untuk semua teman perempuannya. Awalnya aku cukup sakit hati, tapi aku mulai mengubah pola pikirku bahwa dia bukan PHP, tapi dia orang yang perhatian pada orang lain.
          Gara-gara terlalu seringnya aku berinteraksi dengan Herry di twitter dan media sosial lainnya, aku menjadi sering membuka internet dan hp. Kita sangat akrab dalam waktu yang singkat. Tapi, ternyata keakraban itu hanya berujung di dunia maya, bukan dunia nyata. Aku juga butuh interaksi dalam dunia nyata. Saat bertemu dia, aku hanya diam terpaku dan kadang salah tingkah, aku mau menyapanya tapi aku malu. Dia pun ingin menyapaku tapi takut juga. Biarlah, semua juga akan terjadi sesuai dengan waktunya nanti...
          Akupun juga tahu kalau dia suka dengan seseorang gadis yang aku juga tahu. Awalnya aku cemburu tapi aku bunuh perasaan itu dan menyadari bahwa ia juga punya hak untuk mencintai orang lain. Bukan hanya aku yang punya hak seperti itu.
          Dari sana aku belajar, bahwa aku nggak boleh egois dengan orang lain, harus bisa menjaga perasaan teman, menjaga persahabatan, mengampuni teman dan menjadi orang yang lebih kuat menghadapi permasalahan hidup. Semua itu karena cinta. Baik dari Tuhan, orangtua, teman maupun dari seseorang yang spesial bagi kita. God had set your life and He has the amazing way to do for us.

Halloween?


Halloween? yeah, who don't know this event?

Halloween is a yearly celebration of the Western Christian and many non-Christians feast of all hallows. This event always celebrate every October 31st.
This event famous with its jack-o-lantern. This lantern was made by a carving pumpkins. And also with treats or tricking their friends from a home to the other home with use their special "horror" costume.

there are many kinds activities we can do in Halloween, like apple bobbing, watching horror film, telling scary mystic story, and visiting haunted attractions and all about horror and mystic things.

In Indonesia, Halloween just for fun or just a joke, there's not something serious in Indonesia. But, we still say "Happy Halloween. Trick or treat?" to some people that celebrate this event.

Jack-O-Lantern

Introducing ~ HeLLo !!


Hi buddy!! yah.. ini blog kedua punyaku.. Yeah, tapi baru kali ini aku berhasil buka blog ini. You know why? okee, bcoz blog pertamaku lewat wordpress. Kedua, udah berbulan-bulan mikirin alamat blog inii apaaaaaaa??!! akhirnya nemu juga dengan nama christina heartfilia. Christina nama belakang guee, Heartfilia itu nama belakang anime "Fairy Tail" yang nama tokohnya Lucy Heartfilia. ketiga, gak bisa buka account gmailku gara2 lupa password juga usernamenya. In fact, tuh password jg username aku simpen di memo hp. Untung pas lagi buka2 memo hp trs nemu deh. Bersyukur, Puji Tuhan bangett..

Kalo lagi senggang buka juga http://christinaheartfilia.wordpress.com . Itu blog pertama guee...

back to our topic...

nama panjangku Tirza Christina. Panggil aja tirza. oke, forget it!!
tante-tante, emak-emak bilang adik lebih unyuuu drpd akuu *yaiyalaahh adik lu cwo tir* *plakk* padahal asli ngeselin banget, tp kadang ngangenin juga.
aku sekarang status sebagai siswa kelas IX, Saint Mary II JHS alias SMPK St. Maria II Malang.

welcome to my kingdom!!
Copyright 2009 Christina Tirza's Kingdom. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates