Namaku
Christina Luna, aku sering dipanggil Christina, kadang pula aku dipanggil Lulu
oleh sahabat- sahabatku. Aku adalah seorang siswa kelas IX di suatu SMP swasta
yang ternama di Kota Malang. Aku bangga bisa bersekolah disana, bisa memiliki
guru- guru yang hebat, teman- teman yang baik hati, sahabat- sahabat yang
perhatian serta karyawan sekolah yang sangat ramah padaku. Selain di sekolah,
aku juga punya teman- teman gereja yang baik hati padaku. Aku sangat bangga
hidup sebagai diriku sendiri, tanpa perlu meniru gaya orang lain. Tanpa meniru,
aku semakin mendapat banyak teman.
Saat aku kelas VIII, seringkali aku
dimarahi oleh kedua orang tuaku karena sikap kasarku akhir- akhir itu. Aku
menyadari bahwa emosiku memang sedang labil. Labil menghadapi suatu
permasalahan baru bagiku, yaitu jatuh cinta pertama kali. Awalnya aku tidak
mengerti perasaan- perasaan itu. Perasaan yang aneh tiap kali bertemu dengan
seorang kakak kelasku yang juga teman lamaku yang bernama Rey. Perasaan malu,
pandanganku padanya, deg- degan tiap kali bertemu serta badanku rasanya panas
saat bertemu dengannya. Sungguh aneh. Teman- temanku bilang kalau itu adalah
yang namanya jatuh cinta. Apa? Jatuh cinta? Aku nggak percaya. Ku bertanya pada
teman lain dan jawabannya selalu sama. Akhirnya akupun tahu bahwa aku sedang
suka pada Rey.
Tiap hari aku mencoba untuk enjoy,
menikmati kehidupan ini dengan kebebasan sebagai seorang remaja. Namun, mengapa
selalu saja kebebasanku itu hilang begitu saja saat ada dia? Emosi marahku
selalu terjun bebas keluar saat aku memikirkannya. Ada apa ini? Mengapa seperti
ini? Miris dengan hidupku sendiri. Aku rasanya ingin sekali mati untuk
meninggalkan masalah hidup ini. Benar- benar sudah nggak mampu lagi menahan
rasa itu, suka bercampur lara. Untunglah aku masih punya sahabat- sahabat yang
menguatkanku dengan pengalaman mereka. Sudah 5 bulan aku terus seperti ini.
Labil, arah hidupku benar- benar tidak jelas. Nilaiku di sekolahpun menurun
hanya gara- gara masalah ini. Aku tak tahu kalau ia sudah punya pacar yang
sudah setahun. Astaga Tuhan, ini dilema.
Sampai suatu saat aku menemukan
sahabat sejatiku, ia bernama Regine. Ia memang beda 1 tahun diatasku tapi ia
memiliki nasib yang juga sama denganku. Bahkan pergulatan hidupnya lebih parah
daripada diriku yang belum ada apa- apanya dengan dia. Ia harus putus dengan
pacarnya yang sudah 1,5 tahun berjalan bersama dan mereka selalu kemana- mana
bersama. Kenangan yang sungguh membekas membuat sakit asma pada Regine semakin
parah. Aku berusaha menguatkannya, namun selalu malah membuatnya menangis. Aku
hanya bisa mendoakannya dan mengajaknya selalu tertawa.
Pada akhirnya, ia yang menguatkanku,
juga sahabat- sahabatku yang lain yang alhasil membuatku kembali bangkit dan
mencoba melawan rasa cinta itu dengan mengikuti berbagi macam kegiatan sekolah,
kegiatan lomba, dll. Lagipula tak ada salahnya aku melupakan dia karena ia akan
pindah ke SMA juga dengan demikian, prestasi akademis maupun non-akademisku
semakin meningkat. Mulai saat itulah aku baru bisa mulai enjoy lagi dengan
kehidupan ini. Aku mengganggap semua orang yang ad di sekitarku adalah temanku.
Tak perlu membedakan laki-laki atau perempuan, mereka semua adalah temanku.
Aku memang mempunyai paham seperti
itu, aku ternyata harus bisa membedakan mana anak yang baik dan bukan. Aku
mendapat perrmasalahan dengan seorang cowok troublemaker kelasku.
Astaga, hanya masalah sepele dibesar-besarkan sperti masalah yang sangat fatal.
Ia membesar-besarkan masalah bagaikan seorang ibu-ibu PKK. Sungguh, aku malu
punya teman seperti itu. Sungguh aku sangat terkejut kalau ternyata salah
seorang sahabat cewekku membunuhku dari belakang dengan memihak ke anak
tersebut dan ikut menjelek-jelekkanku. Sakit rasanya dikhianati seperti itu.
Ingin menangis rasanya kalau tahu sahabatku seperti itu. My heart is looking
happy outside but it's screaming inside…
Akhirnya, sahabatku itu merasa bersalah dan ia meminta maaf
padaku dan sampai kini ia justru menjadi salah satu sahabat terbaikku. Aku
belajar dari Tuhan bahwa harus mengampuni sesama. Semua itu benar dan tak ada
salahnya memaafkan kalau hubungan masih bisa berlanjut lebih baik. Kalau tidak
bisa, ya biarkan saja semua itu mengalir.
Pada 3 bulan terakhir sebelum ia
menghadapi UN, ia selalu tersenyum padaku saat bertemu denganku atau kadang ia
senyum dangan mendapat bisikan dari teman- temannya dan itu selalu menghadap
padaku dan membuatku jadi risih. Ada apa sih dengan diriku? Selama hampir 2 bulan,
aku terus diledek seperti itu. Namun, dengan begitu membuat harapanku suka
padanya kembali bangkit. Akhirnya, selalu saja jadi korban PHP alias korban
Pemberi Harapan Palsu, ya seperti itulah istilahnya sekarang. Akupun mulai
meninggalkan perasaan itu dan mulai melupakannya. Seringkali aku juga bercerita
pada Regine walau hanya lewat telepon. Ia juga bercerita kalau ia sudah
mendapat pengganti yaitu seorang anak di tempat lesku yang bernama Herry.
Regine terus mencoba mendekati dan mencari tahu tentang Herry. Akhirnya Herry
pun tahu tentang hal ini dan juga mulai
mendekati Regine. Sampai suatu saat mereka pergi ke bioskop berdua juga
dengan Adik Herry dan teman Regine.
Pada awal kelas IX, aku merasa senang
karena sudah tidak ada lagi yang mengganggu diriku. Namun, masih saja perasaan
galau itu datang. Susah sekali melupakan dia sepenuhnya. Kucoba dengan banyak
kegiatan, 70% berhasil, kucoba menikmati hidupku sendiri, hanya 5% yang
terbuang. Solusi akhirnya adalah aku mencoba berpaling ke lain hati dan itu
berhasil. Aku mencoba berpaling hati ke seorang temanku yang bernama John, yahh
tak apalah meskipun wajah tak setampan Rey, yang penting aku sudah dapat
pengganti sementara, masalah nanti bisa diatur lagi. Lagipula aku masih belum
ingin pacaran, hanya sebatas suka saja kok.
John... John... dan John... selalu
saja membuatku ingin semakin mendalami dirinya. Sifat baiknya, usil sampai
perhatian, semua ada padanya. Sungguh sifat- sifatnya yang membuatku suka
padanya. Namun, mengapa saat aku mendekat padanya, rasanya semakin jauh jarakku
dengannya? Yahh, inilah hidup, inilah cinta. Harus sabar, tidak perlu dipaksa.
Semua akan bergulir dengan sendirinya. Saat itu aku mulai belajar bagaimana
hidup itu harus dijalani, emosiku pun mulai stabil. Aku pun sudah kembali
“normal” seperti dulu lagi.
Sungguh tak dapat dipercaya, Herry
yang kutahu ternyata lumayan juga. Karena selama ini aku hanya tahu Herry dari
foto dan belum pernah melihatnya di tempat les musikku secara nyata. Baru kali
itu saat ada konser musik dari tempat lesku, aku kaget saat mamaku memanggil
Herry. Wow. Tak hentinya aku melihatnya bermain bass di panggung maupun saat
les walau beda kelas. Aku terpesona saat ia bermain bass, gayanya juga. Tiap
minggu aku melihatnya. Rupanya aku suka dia. Oh Tuhan... Aku terjerat cinta
dengan dia, dia yang juga sedang disukai Regine, sahabatku sendiri. Dilema
menerjangku lagi.
Suatu hari, saat ku membuka akun
twitterku, aku mendapati Herry mem-follow akun twitterku itu dan
memintaku untuk mem follow back nya. Astaga, Tuhan mengirimkannya
untukku. Rasanya senang tak karuan melihat hal itu. Aku tertawa sendiri saa
menyadari hal itu bisa terjadi. Bersyukur aku bisa mengenalinya dan ia pun
mengenalku. Mengenalnya itu sudah membuatku sangat senang. Seminggu setelah
itu, aku menjawab statusnya di twitter dan ia pun membalas balasanku itu sampai
jadilah suatu percakapan di twitter yang sangat panjang. Regine pun mulai ikut
dalam pembicaraan itu tapi ia menjodohkanku dengan Herry. Astagaaa... Mengapa
jadi seperti ini. Aku melihat status Regine di BBM (BlackBerry Messenger) yang
membuatku menjadi kaget karena dari kata- katanya seperti menyangkutkanku.
Statusnya yaitu, “Km temen apa bukan sih? Ga peduli aku yg patah hati sedangkan
km malah seneng- seneng sama dia.” Ya Tuhan. Benar. Ini Dilema. Dilema antara
aku dan Regine. Aku nggak tau harus bersikap bagaimana. Galau lagi, galau lagi.
Hahh…
Akhirnya, aku mencoba memberanikan
diri untuk bertanya pada Regine.
“
Sayangkuu, kamu masih suka sama Herry ya? Hehehe”
“
Nggak kok, Lulu sayaaangg.. Herry kan cuman buat kamu :)”
“
Lho, nggak say, ini aku serius, kamu masih suka sama Herry ya?”
“
Nggak yankk, Herry itu suka sama kamu loo.”
“tolong
kamu jujur ke aku, kalopun km masih suka jg gpp kok :) km sm herry kan cocok”
“
jangan gitu.. kayaknya herry ya seneng kamu kok luu.. ”
“
lho aku gak mau cuma gara-gara ini hubungan kita putus. Lagipula aku sama herry
gak ada apa- apanya kok :) ”
“
Lhoo ndakpapa lah.. klo dia jodohmu, trs kita mau apa? :) santai , aku ya
brusaha ngrelain!”
“
Aku gak ada perasaan apa-apa sama dia, sayaangg :* jangan gitu dong yangg..”
Lama.. tak dibalas... Akhirnya aku
merasa bersalah dengan diriku sendiri juga Regine. Mengapa aku suka pada Herry?
Aku ingin keluar dari kenyataan ini, tapi aku sudah terlanjur jatuh terlalu
dalam. Aku tak bisa memungkiri hal ini. Aku hanya mengunggu balasan dari
Regine. Nah, akhirnya ia kembali menjawabku. Lega saja dia mau menjawabku.
Padahal aku tidak tahu apa balasannya.
“
jangan jangan jangan! Aku gak mau km membohongi perasaanmu :( “
“
nggak yangg, aku jujur gak ada apa2 nya. lagipula herry kan ya suka kamu,
udahlah dibuat enjoy aja :) “
“
Jangann :( aku ga mau lhoo, gara2 aku, trus kamu mbohongi perasaanmu.. Herry
lho suka kamu, luu”
“Aku
gak tau soal itu, gine :( dibuat santai aja yaa..”
“
aku gpp kok.. jgn ngrasa sungkan sama akuu :)”
“
nggak kok :) santai aja :) “
Tak ada jawaban lagi, yang penting aku
sudah tahu bahwa sebenarnya ia masih suka dengan Herry. Lalu aku pun
melanjutkan percakapan dengan Herry lagi. Aku juga lega kalau ternyata Regine
juga mendukungku dengan Herry.
Seminggu berlalu, tiba-tiba saja Herry
tak pernah memanggilku lagi di media sosial seperti twitter maupun di BBM. Aku
mulai kangen dengan percakapan itu. Ingin memulai, tapi tak pantas buatku untuk
memulai terlebih dahulu. Akhirnya aku menjawab beberapa tweets nya dan
semua menjadi sangat lucu. Aku dengannya tanpa disadari saling bermain modus.
Hal itu baru disadari setelah beberapa lama balas membalas. Aku pun sadar bahwa
ia perhatian bukan hanya untukku, tapi untuk semua teman perempuannya. Awalnya
aku cukup sakit hati, tapi aku mulai mengubah pola pikirku bahwa dia bukan PHP,
tapi dia orang yang perhatian pada orang lain.
Gara-gara terlalu seringnya aku
berinteraksi dengan Herry di twitter dan media sosial lainnya, aku menjadi
sering membuka internet dan hp. Kita sangat akrab dalam waktu yang singkat.
Tapi, ternyata keakraban itu hanya berujung di dunia maya, bukan dunia nyata.
Aku juga butuh interaksi dalam dunia nyata. Saat bertemu dia, aku hanya diam
terpaku dan kadang salah tingkah, aku mau menyapanya tapi aku malu. Dia pun
ingin menyapaku tapi takut juga. Biarlah, semua juga akan terjadi sesuai dengan
waktunya nanti...
Akupun juga tahu kalau dia suka dengan
seseorang gadis yang aku juga tahu. Awalnya aku cemburu tapi aku bunuh perasaan
itu dan menyadari bahwa ia juga punya hak untuk mencintai orang lain. Bukan
hanya aku yang punya hak seperti itu.
Dari sana aku belajar, bahwa aku nggak
boleh egois dengan orang lain, harus bisa menjaga perasaan teman, menjaga
persahabatan, mengampuni teman dan menjadi orang yang lebih kuat menghadapi
permasalahan hidup. Semua itu karena cinta. Baik dari Tuhan, orangtua, teman
maupun dari seseorang yang spesial bagi kita. God had set your life and He has
the amazing way to do for us.
0 komentar:
Posting Komentar